Scroll Untuk Baca Artikel
Nasional

Profil Sritex, Perusahaan Tekstil Terbesar di Asia Tenggara yang Tinggal Sejarah

×

Profil Sritex, Perusahaan Tekstil Terbesar di Asia Tenggara yang Tinggal Sejarah

Sebarkan artikel ini
PT Mahesa Jenar | Suap Eks Polda | Polda Bintara | ilustrasi pengadilan | Etawaku | Bintara Polda
Ilustrasi pengadilan. (Foto: Pexels/Pixabay)

Sritex juga mampu bertahan dan bahkan berkembang selama krisis moneter 1998. Perusahaan ini berhasil melipatgandakan pertumbuhannya hingga delapan kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya.

Pada 2013, Sritex melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham SRIL, memperkokoh posisinya sebagai salah satu raksasa industri tekstil nasional.

Jadi kebanggaan Jokowi

Perusahaan ini pun terus berekspansi hingga menuai pujian dari Jokowi yang hadir dalam peresmian perluasan pabrik Sritex pada 2017 di Sukoharjo, Jateng.

Jokowi kagum lantaran Sritex berhasil dipercaya membuat seragam tentara untuk 30 negara. Termasuk 8 negara di Eropa.

Seiring waktu berlalu, Sritex mengalami masalah uang yang serius.

Sahamnya terkena suspensi sejak Mei 2021 akibat keterlambatan pembayaran bunga dan pokok MTN (Medium Term Notes).

Utang perusahaan pun terus menumpuk, dengan total liabilitas mencapai sekitar Rp24,3 triliun per September 2023.

BACA JUGA: Blusukan ke Pabrik Tekstil di Tengah Lesunya Industri Garmen, Andika-Hendi Tanggapi Akankah UMP Naik?

Masalah keuangan ini diperparah oleh persaingan ketat di pasar global serta dampak pandemi Covid-19.

Selain itu, kondisi geopolitik, seperti perang Rusia-Ukraina, turut menyebabkan penurunan ekspor produk tekstil ke Eropa dan Amerika Serikat.

Meski sempat membantah kabar kebangkrutan pada Juni 2024, situasi Sritex terus memburuk hingga akhirnya dinyatakan pailit. Kini, perusahaan tekstil terbesar di Asia tersebut hanya tinggal sejarah. (*)

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan