“Saya waktu itu berangkat tiga orang, setiba di Kamboja, saya dijemput sama sopir Truk. Saya di penginapan, kemudian saya dipertemukan dengan Miss Huang, entah apakah dia orang China atau orang Indonesia saya kurang hafal, ya. Pokoknya namanya Miss Huang yang mengatur di sana,” tutur Hanim.
Operasi Ginjal dan Kembali ke Indonesia
Hanim menjalani operasi setelah menjalani pemeriksaan medis yang seluruh biayanya menjadi tanggungan Rumah Sakit Militer Kamboja, yaitu Preah Ket Meala Hospital di Phnom Penh.
Setelah operasi selesai, ia kembali ke Indonesia dan menerima pembayaran sebesar Rp 120 juta atas ginjalnya.
BACA JUGA: Pengawasan Obat Antisipasi Gagal Ginjal di Semarang
Menjadi Koordinator Pasien WNI untuk Perdagangan Ginjal di Kamboja
Setelah sekitar dua bulan masa penyembuhan, sang broker menghubungi Hanim dan mengajaknya menjadi koordinator pasien WNI di Kamboja. Dari pendonor, kini Hanim berperan sebagai koordinator.
“Waktu itu saya bawa dua orang berarti 5 sama saya sekitaran bulan September apa akhir Agustus gitu. Sampai di sana, 4 orang di Kamboja dilakukan pemeriksaan medis lagi, cuma di sana pasiennya baru ada 2, jadi yang 2 dipulangkan dan 2 dioperasi,” kata Hanim.
Menjadi Koordinator hingga 2023
Hanim terus menjadi koordinator hingga 2019, namun sempat berhenti dari awal 2020 hingga akhir Oktober 2022. Namun, pada 2023, ia kembali menjadi koordinator dan mengaku sudah membantu memberangkatkan 31 orang.
“Dari saya Rp 135 juta. Kalau dari Rumah Sakit Rp 200 juta masuk ke pendonor, Rp 135 juta untuk saya dan tim saya, Rp 65 juta dibagi untuk tiket, paspor, bersihnya saya Rp 15 juta,” ungkap Hanim. (*)