Scroll Untuk Baca Artikel
HeadlinePariwisata

Meski Hujan Prosesi Kirab Dugderan Semarang Tetap Semarak, Ada Pasukan Berkudo hingga Gunungan Ganjel Rel

×

Meski Hujan Prosesi Kirab Dugderan Semarang Tetap Semarak, Ada Pasukan Berkudo hingga Gunungan Ganjel Rel

Sebarkan artikel ini
Meski Hujan Prosesi Kirab Dugderan Semarang Tetap Semarak, Ada Pasukan Berkudo hingga Gunungan Ganjel Rel
Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu bertindak sebagai Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purboningrum, Adipati Kota Semarang menaiki kereta kuda dari Balaikota ke Masjid Kauman Semarang. (Ellya/beritajateng.tv)

Mbak Ita menyebut, dengan kolaborasi dan akulturasi budaya ini, ia meyakini bahwa baru Kota Semarang saja yang memiliki prosesi seperti ini.

“Tentunya kami berharap bisa lancar semua proses dari Balai Kota kemudian Masjid Agung Semarang kemudian Masjid Agung Jawa Tengah. Pembagian kue ganjel rel dan kue keranjang ini juga akulturasi budaya antara Jawa, Arab, dan Tionghoa, dan Melayu. Tentunya akan menjadi satu rangkaian yang sangat dinantikan masyarakat,” paparnya.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Dengan prosesi Dugderan ini, lanjutnya, merupakan perayaan bersama dalam menyambut bulan Ramadan dengan keikhlasan hingga menyongsong Idulfitri.

Prosesi Kirab Dugderan Semarang

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Wing Wiyarso mengatakan, kirab prosesi Dugderan rutin berlangsung setiap tahun.

Menurut Wing, dahulu prosesi Dugderan diinisiasi oleh Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat pada tahun 1881.

“Beliau mewujudkan satu kolaborasi akulturasi budaya. Ketika masyarakat muslim menjelang Ramadan, antara umara dengan ulama bersama-sama mengumumkan kepada masyarakat untuk menyambut bulan suci Ramadan,” kata dia.

Ia menyebut, prosesi ini bermula dengan adanya Pasar Dugderan di sekitar Alun-alun Semarang dengan berbagai permainan memeriahkan. Salah satunya Warak Ngendog.

Warak Ngendog merupakan, binatang imajiner yang menunjukkan Akulturasi budaya Kota Semarang sejak zaman dahulu kala. Ini juga bentuk toleransi tinggi antar umat beragama, antar etnis. Semarang menjadi lokasi strategis dalam melakukan syiar agama islam.

Menurut Wing, ini kedua kalinya prosesi Dugderan yang berlangsung setelah revitalisasi Alun-alun Kauman.

“Acara pertama ada penyerahan suhuf halaqah. Dari Balai Kota, rombongan Ibu Wali Kota selaku Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Probodiningrum nama lain kami izin kepada Keraton Surakarta. Karena Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat adalah putra. Karena pimpinan kami putri maka kami minta arahan kemudian memberikan nama tersebut,” kata dia.

Mbak Ita, memimpin prosesi kirab sampai Masjid Agung Semarang Kauman, Tafsir Anom bersama Alim Ulama yang hadir menerima rombongan. Di Masjid Kauman, kata Wing, akan ada pengumuman kepada masyarakat tentang hari datangnya bulan suci Ramadan. (*)

Tinggalkan Balasan