Melihat potensi anaknya, Erna kemudian memasukkan Ernando ke dalam sebuah sekolah sepak bola di daerah Sumurboto, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.
“Jadi awalnya ikut klub di Tugu Muda. Kipernya enggak masuk, terus digantiin sama Nando. Kok timnya cocok sama Nando, sampai bilang, ‘Aku sama Nando aja ah, kalau enggak sama Nando enggak mau’,” sambungnya.
Ernando bisa menjadi kiper Timnas seperti sekarang ini karena didikan ala militer dari sang ayah
Setelah sang putra menemukan jalannya menjadi kiper, ayah dan ibunda Ernando memutuskan untuk mendukung penuh karier Ernando di dunia sepak bola. Bahkan, ayah Ernando memiliki peraturan ala militer untuk menempa mental Ernando.
Erna menyebut, jadwal padat Ernando yakni mulai jam pulang sekolah yaitu jam 12 siang. Setelah pulang sekolah, ia harus latihan sepak bola hingga jam 5 sore.
Setelah itu, kata Erna, Ernando juga tak mengesampingkan akademik dengan mengikuti tambahan pembelajaran hingga jam 7 malam. Terakhir, di malam hari Ernando harus tetap mengaji bersama ayahnya.
“Disiplin militer banget ayahnya didiknya, dari sekolah formal, sekolah bola, sekolah non-formal, sampai ngaji,” ucap Erna.
Erna menuturkan, rutinitas tersebut Ernando jalani hingga kelas 1 SMP. Sebab, Ernando mulai masuk ke PPLP (Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar) saat kelas 2 SMP.
Saat ini, Erna mulai bisa menikmati masa kejayaan Ernando. Selain Timnas Indonesia, Ernando juga tampil membela Persebaya Surabaya.
Menanggapi soal keinginan masa depan karier sang anak, Erna hanya bisa menyerahkan keputusan sepenuhnya pada Ernando. Yang terpenting, kata Erna, Ernando bahagia dan mantap dengan tim yang ia bela.
“Kuncinya sebagai orang tua hanya bisa berdoa, sholat, tahajud, itu. Kalau Ernando masuk gawang [saya suruh], ‘Nan, selalu doa ya,’” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi