Pertunjukan musik kontemporer Tridhatu dan kawan-kawan yang merdu kemudian menutup jalannya festival Banyu Pitu hari pertama.
Larung air dan jajanan pasar ke tengah laut dalam prosesi Festival Banyu Pitu
Lalu, lanjut Rochmadi, hari kedua acara mulai dengan melarung air dan jajanan pasar ke tengah laut. Uniknya, air tersebut diambil dari 7 sumber di daerah Semarang atas.
Menurut Rochmadi, pelarungan ini adalah upaya dari warga untuk memberi penghormatan pada zat pemberi rejeki.
“Ada 5 perahu yang berjalan beriringan dengan bagian paling depan menjadi cucuk lampah. Sembari memainkan tabuhan kenong rombongan membawa air dari berbagai sendang dan juga jajanan pasar ke laut,” jelas Rochmadi.
BACA JUGA: Kolaborasi Pemkot Semarang dan Pandawara Group Bersih-bersih Pesisir Pantai Tambakrejo
Sementara itu, Nella Ardiantanti Siregar, perwakilan Hysteria, menambahkan, festival tersebut menjadi ajang bagi teman-teman Pekakota Institute untuk berpraktik di masyarakat. Mengingat mereka telah mengikuti berbagai kelas selama dua bulan penuh.
Ia menjelaskan bahwa festival Banyu Pitu ini juga termasuk ke dalam kick off peringatan ulang tahun Hysteria ke-20 yang akan terlaksana pada akhir tahun mendatang.
“Tambakrejo terpilih karena keunikan lokasi, isu, dan terpenting bagian dari jaringan lama sesama penggerak di kampung,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi