Scroll Untuk Baca Artikel
Jateng

Awal Ramadhan 2024 Bakal Berbeda, Planetarium UIN Walisongo Semarang Ungkap Penyebabnya

×

Awal Ramadhan 2024 Bakal Berbeda, Planetarium UIN Walisongo Semarang Ungkap Penyebabnya

Sebarkan artikel ini
Awal Ramadan
Kepala Planetarium dan Observatorium UIN Walisongo, Ahmad Syifaul Anam, saat memantau hilal, beberapa tahun yang lalu. (Foto: Dokumentasi Pemprov Jateng)

Syarat yang pertama, ketinggian hilal harus lebih dari 3 derajat. Yang kedua, jarak atau sudut antara Bulan-Matahari sebesar 6,4 derajat. Kedua aspek tersebut harus terpenuhi sehingga hilal dapat bersinar kuat dan terlihat.

Adapun, Syifaul mengungkapkan jika berdasarkan perhitungan dan pemantauan Planetarium UIN Walisongo, situasi hilal pada 10 Maret nanti belum memenuhi syarat awal Ramadan. Sehingga, bulan Syaban akan tergenapkan menjadi 30 hari.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

“Sayangnya kriteria itu belum memungkinkan terpenuhi pada esok tanggal 10, karena secara nasional pun belum ada satupun wilayah di Indonesia yang situasi hilal memenuhi kriteria itu,“ tambahnya.

Berdasarkan kajian dan situasi hilal

Lebih lanjut, Syifaul menyebut jika kemungkinan besar awal Ramadan tahun ini akan jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024.

“Saya tidak bermaksud mendahului keputusan sidang isbat, tapi berdasarkan kajian dan situasi hilal yang ada, maka hampir bisa pastikan pemerintah akan memutuskan awal puasa sehari setelah sidang, yaitu tanggal 12 Maret,” tekannya.

Penetapan awal Ramadan memang kerap kali berbeda. Bahkan, pada 2023 lalu, terdapat perbedaan Hari Raya Idul Fitri.

BACA JUGA: Waspada! Menjual dan Menyalakan Petasan Saat Ramadan Terancam Pidana 20 Tahun hingga Hukuman Mati

Dalam 20 tahun terakhir misalnya, terjadi empat kali perbedaan Hari Raya Idul Fitri, yakni pada 2006, 2007, 2011, dan 2023.

Saat itu, pemerintah dan NU menetapkan 1 Syawal jatuh pada 22 April 2023. Sementara Muhammadiyah menetapkannya jatuh pada 21 April 2023. (*)

Editor: Mu’ammar R. Qadafi

Tinggalkan Balasan