Syarat yang pertama, ketinggian hilal harus lebih dari 3 derajat. Yang kedua, jarak atau sudut antara Bulan-Matahari sebesar 6,4 derajat. Kedua aspek tersebut harus terpenuhi sehingga hilal dapat bersinar kuat dan terlihat.
Adapun, Syifaul mengungkapkan jika berdasarkan perhitungan dan pemantauan Planetarium UIN Walisongo, situasi hilal pada 10 Maret nanti belum memenuhi syarat awal Ramadan. Sehingga, bulan Syaban akan tergenapkan menjadi 30 hari.
“Sayangnya kriteria itu belum memungkinkan terpenuhi pada esok tanggal 10, karena secara nasional pun belum ada satupun wilayah di Indonesia yang situasi hilal memenuhi kriteria itu,“ tambahnya.
Berdasarkan kajian dan situasi hilal
Lebih lanjut, Syifaul menyebut jika kemungkinan besar awal Ramadan tahun ini akan jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024.
“Saya tidak bermaksud mendahului keputusan sidang isbat, tapi berdasarkan kajian dan situasi hilal yang ada, maka hampir bisa pastikan pemerintah akan memutuskan awal puasa sehari setelah sidang, yaitu tanggal 12 Maret,” tekannya.
Penetapan awal Ramadan memang kerap kali berbeda. Bahkan, pada 2023 lalu, terdapat perbedaan Hari Raya Idul Fitri.
BACA JUGA: Waspada! Menjual dan Menyalakan Petasan Saat Ramadan Terancam Pidana 20 Tahun hingga Hukuman Mati
Dalam 20 tahun terakhir misalnya, terjadi empat kali perbedaan Hari Raya Idul Fitri, yakni pada 2006, 2007, 2011, dan 2023.
Saat itu, pemerintah dan NU menetapkan 1 Syawal jatuh pada 22 April 2023. Sementara Muhammadiyah menetapkannya jatuh pada 21 April 2023. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi