Jateng

Cegah Longsor, BNPB Bakal Tanam 68 Ribu Pohon di Pulau Jawa, Fokus Wonosobo dan Banjarnegara

×

Cegah Longsor, BNPB Bakal Tanam 68 Ribu Pohon di Pulau Jawa, Fokus Wonosobo dan Banjarnegara

Sebarkan artikel ini
Pohon Jawa
Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, Raditya Jati, saat dijumpai di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Kota Semarang, Selasa, 18 November 2025 sore. (Made Dinda Yadnya Swari/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Sebanyak 68 ribu pohon akan ditanam di Pulau Jawa guna mencegah bencana tanah longsor terjadi lagi seperti di Banjarnegara dan Cilacap.

Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Raditya Jati, menyebut penanaman pohon secara masif itu akan berlangsung secara seremonial pada Jumat, 21 November 2025 mendatang.

Khusus di Jawa Tengah, kata Raditya, penanaman pohon itu akan berpusat di Banjarnegara dan Wonosobo. Hal itu Raditya ungkap saat beritajateng.tv jumpai di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Kota Semarang, Selasa, 18 November 2025 sore.

BACA JUGA: Imbas Longsor Banjarnegara dan Cilacap, BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca Cegah Hujan Lebat

“Kami bersama Pemda, utama dari BNPB arahan Pak Kepala, kami akan melakukan penanaman masif di seluruh Pulau Jawa, terbagi menjadi empat wilayah yang konsentrasinya nanti di Jateng adalah Banjarnegara dan Wonosobo,” tutur Raditya.

Meskipun penanaman secara seremonial akan berlangsung beberapa hari lagi, namun ia menyebut sosialisasi akan berlangsung pada Rabu, 19 November 2025 besok.

“Penanamannya akan berjalan secara seremonial 21 November, tapi mulai besok kami sudah sosialisasi pada Rabu, Kamis, dan Jumat. Ada sekitar 68 ribu pohon yang akan kami tanam dengan berbagai jenis,“ sambungnya.

BNPB minta setiap kabupaten/kota anggarkan Rencana Penanggulangan Bencana lima tahun mendatang

Lebih lanjut, Raditya memberi apresiasi atas langkah cepat Pemprov Jawa Tengah yang menggelar rakor pencegahan dan kesiapsiagaan pascalongsor di Cilacap dan Banjarnegara.

Ia menegaskan, daerah tak bisa lagi menunggu bencana terjadi baru kemudian baru sibuk untuk merespons. “Tidak bisa lagi kita menunggu kejadian bencana baru kita sibuk melakukan respons,” ujar Raditya.

Raditya menyebut, salah satu urgensi saat ini adalah kewajiban setiap kabupaten/kota memiliki peta risiko bencana.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan