BACA JUGA: Tradisi Ketupat Jembut di Semarang, Begini Awal Mula Nama Uniknya
Munawir menyebut, di masa sulit itu, warga selalu bersyukur kepada Allah seusai Idulfitri dengan berpuasa kemudian menggelar Syawalan.
Namun, karena perekonomian yang sulit, Syawalan berlangsung sederhana hanya dengan makanan ketupat yang di tengahnya berisi sisipan tauge, sambal kelapa, dan sayur-mayur.
Sementara itu, salah satu anak mengaku senang dengan adanya tradisi Kupat jembut ini. Pasalnya, ia bisa mendapat ketupat dan uang secara cuma-cuma.
“Dapat uang, dapat ketupat juga. Saya senang sekali dapat uang, [untuk] ditabung. [Uangnya] dapat seratus ribu,” ujar Fahri. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi