“Kami bagikan roti ganjel rel. Kami juga mengundang berbagai ras suku di kawasan Semarang Lama. Ada dari Pecinan, Arab, Melayu, Jawa,” sebut Ita.
Menurutnya, ini mengambarkan akulturasi budaya dugderan yang berlangsung sejak dulu kala.
Dia berharap Dugderan berikutnya bisa lebih baik dan menjadi tradisi yang terus dilestarikan menjadi kegiatan di Kawasan Semarang Lama.
Kepala Kantor Masjid Agung Semarang, Muhaimin menambahkan, roti ganjel rel selalu ada setiap Dugderan.
Kue yang dibagikan kepada masyarakat tersebut memiliki filosofi tersendiri.
“Itu filosofinya masuk Ramadan jangan ada yang ganjel dan harus rela atau legowo,” ucapnya.
Selain pembagian roti ganjel rel, Masjid Agung Semarang juga membagikan air khataman Al Quran. Pembagian air ini juga memiliki filosofi dibagikan jelang Ramadan.
“Pembagian air ini mengingatkan agar memperbanyak bacaan Alquran saat Ramadan,” tambahnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah