Taj Yasin melanjutkan, perbedaan yang ada, tetap harus kembali ke kitab suci karena itu tidak boleh dirusak. Kitab suci menjadi payung besar untuk menyatukan. Pendeta yang tergabung dalam organisasi API, punya peran sebagai jembatan komunikasi dengan para jemaatnya.
“Setiap manusia memiliki sudut pandang masing-masing dan keinginannya juga beda-beda. Tidak mungkin manusia itu satu keinginannya. Pasti berbeda. Kalau keinginannya hanya satu, ngapain kita berbicara, ngapain kita bermusyawarah, ngapain kita berdiskusi, cukup kita duduk, toh tujuan kita sama. Disitulah keberagaman itu yang seharusnya menjadi kunci sukses kita, kunci kebersamaan kita untuk saling mengisi, yang mana dengan perbedaan itu menunjukkan bahwa kita sebagai hamba adalah kelemahan, dan kekuatan ada di Tuhan,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua DPD API Jawa Tengah Pdt. ZS Djoko Poernomo, S.Th berharap tercipta kerjasama yang baik dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Hal ini akan ditindaklanjuti dengan pengaktifan 14 Kota / Kabupaten yang membentuk Kota dan Kabupaten tergabung dengan API. “Terima kasih atas Perhatian Gus Yasin atas perhatiannya kepada kami Hamba – Hamba Tuhan di Jawa Tengah khususnya Asosiasi Pendeta Indonesia, ” katanya. (Ak/El)